Ilustrasi buku kode etik PSSI. (Foto: FIN)
Jakarta, Jurnas.com - Desakan publik yang menyuarakan revolusi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terus bergulir dari publik. Salah satu pemicunya adalah tidak adanya rasa keadilan atas tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 135 orang meninggal dan 600 lebih terluka. Termasuk juga buruknya prestasi sepak bola nasional.
Mantan pemain Persikota Tangerang Rikky Daulay mendukung penuh wacana revolusi federasi sepak bola Indonesia secara menyeluruh. Kasus Kanjuruhan jadi sebuah akibat dari sebab tidak profesional pimpinan PSSI dalam mengelola organisasi sepak bola.
Maka, Rikky Daulay menyebut semangat revolusi PSSI harus diiringi dengan pembersihan pengurus yang tidak membawa perubahan signifikan pada prestasi sepak bola Indonesia.
“Saya sepakat adanya revolusi di tubuh PSSI, tetapi dengan catatan dilakukan secara menyeluruh. Jangan jargonnya revolusi, tetapi nyatanya pengurus di dalamnya tetap saja orang-orang lama, karena pasti polanya akan sama juga,” kata Rikky saat dihubungi, Minggu (11/12).
Menurut anak emas pelatih Rachmad Darmawan saat membesut Persikota Tangerang ini, revolusi PSSI akan berjalan ditempat jika pengurus lama atau pengurus saat ini masih bercokol dalam tubuh PSSI. Untuk itu, sudah saatnya mengeluarkan dan memilih orang-orang yang profesional, apalagi sepak bola saat ini sudah menjadi industri.
“Kalau revolusi itu masih diisi orang-orang lama, saya pesimis. Baiknya orang-orang profesional saja, toh sepak bola Indonesia saat ini sudah menjadi industri. Sehingga butuh orang-orang yg memang profesional untuk mengelola tanpa adanya kepentingan kelompok,” jelasnya.
Rikky meyakini, Indonesia bisa bersaing di level internasional seperti dilakukan oleh Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi hingga Australia di Piala Dunia Qatar 2022, asal pengurus PSSI bisa mengelola organisasi dengan profesional tanpa ada kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya.
“Harusnya iya, itu menunjukkan bahwa sepakbola dari negara berkembang dapat bersaing di level dunia. Tetapi kembali itikad dari PSSI-nya, walaupun materi pemain dan pelatihnya bagus, jika PSSI-nya tidak mengimbangi dengan pengelolaan yang profesional, maka akan percuma,” ucapnya.
Rikky pun menyoroti sistem penanganan pemain muda Indonesia timnas Indonesia yang tidak mampu bersaing hingga pada level senior. Dia pun mencontohkan generasi emas Timnas Indonesia seperti Evan Dimas Cs diyakini mampu mengguncang Asia, namun di level senior tidak maksimal. Artinya, ada kehilangan saat transisi dari junior ke senior.
“Kembali lagi masalah klasik, hingga kini visi yang jelas sepakbola Indonesia masih berkutat di level junior, sedangkan di level senior putus. Di level Asia Tenggara saja kita masih ketinggalan dengan Vietnam dan Thailand. Seperti Generasi Emas Evan Dimas Cs, coba kita lihat ada dimana pemain-pemain saat itu. Yang dipanggil untuk Timnas Piala AFF oleh Shin Tae Young hanya Hansamu Yama. Artinya ada yang hilang dari transisi level junior ke level senior,” bebernya.
“Ini yang harusnya jadi perhatian khusus. Bagaimana membuat pemain yang di level junior itu bisa konsisten prestasinya ketika mereka beralih ke senior. Jadi jangan hanya bicara Liga Indonesia yang dibuat sedemikian meriah, tetapi hampa prestasi,” imbuhnya.
KEYWORD :
PSSI revolusi Tragedi Kanjuruhan Persikota Tangerang Rikky Daulay